Analisis Tokoh Pewayangan
Ramayana dan Mahabarata
1. Sinopsis
A. Ramayana
Kisah Ramayana diawali dengan adanya seseorang bernama Rama, yaitu putra
mahkota Prabu Dasarata di Kosala dengan ibukotanya Ayodya. memiliki
tiga saudara bernama Barata, Laksmana dan Satrukna. Rama lahir dari
isteri pertama Dasarata bernama Kausala, Barata dari isteri keduanya
bernama Kaikeyi serta Laksmana dan Satrukna dari isterinya ketiga
bernama Sumitra. Mereka hidup rukun.
Sejak remaja, Rama dan Laksmana berguru kepada Wismamitra sehingga menjadi pemuda tangguh. Rama kemudian mengikuti sayembara di Matila ibukota negara Wideha. Berkat keberhasilannya menarik busur pusaka milik Prabu Janaka, ia dihadiahi putri sulungnya bernama Sinta, sedangkan Laksmana dinikahkan dengan Urmila, adik Sinta.
Setelah Dasarata tua, Rama yang direncanakan untuk menggantikannya menjadi raja, gagal setelah Kaikeyi mengingatkan janji Dasarata bahwa yang berhak atas tahta adalah Barata dan Rama harus dibuang selama 15 (lima belas) tahun. Atas dasar janji itulah dengan lapang dada Rama pergi mengembara ke hutan Dandaka, meskipun dihalangi ibunya maupun Barata sendiri. Kepergiannya itu diikuti oleh Sinta dan Laksmana.
Namun kepergian Rama membuat Dasarata sedih dan akhirnya meninggal. Untuk mengisi kekosongan singgasana, para petinggi kerajaan sepakat mengangkat Barata sebagai raja. Tapi ia menolak, karena menganggap bahwa takhta itu milik Rama, sang kakak. Untuk itu Barata disertai parajurit dan punggawanya, menjemput Rama di hutan. Saat ketemu kakaknya, Barata sambil menangis menuturkan perihal kematian Dasarata dan menyesalkan kehendak ibunya, untuk itu ia dan para punggawanya meminta agar Rama kembali ke Ayodya dan naik takhta. Tetapi Rama menolak serta tetap melaksanakan titah ayahandanya dan tidak menyalahkan sang ibu tiri, Kaikeyi, sekaligus membujuk Barata agar bersedia naik takhta. Setelah menerima sepatu dari Rama, Barata kembali ke kerajaan dan berjanji akan menjalankan pemerintahan sebagai wakil kakaknya.
Banyak cobaan yang dihadapi Rama dan Laksmana, dalam pengembaraannya di hutan. Mereka harus menghadapi para raksasa yang meresahkan masyarakat di sekitar hutan Kandaka itu. Musuh yang menjengkelkan adalah Surpanaka, raksesi yang menginginkan Rama dan Laksmana menjadi suaminya. Akibatnya, hidung dan telinga Surpanaka dibabat hingga putus oleh Laksmana. Dengan menahan sakit dan malu, Surpanaka mengadu kepada kakaknya, yaitu Rahwana yang menjadi raja raksasa di Alengka, sambil membujuk agar Rahwana merebut Sinta dari tangan Rama. Dengan bantuan Marica yang mengubah diri menjadi kijang keemasan, Sinta berhasil diculik Rahwana dan dibawa ke Alengka.
Burung Jatayu yang berusaha menghalangi, tewas oleh senjata Rahwana. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Jatayu masih sempat mengabarkan nasib Sinta kepada Rama dan Laksmana yang sedang mencarinya.Dalam mencari Sinta, Rama dan Laksamana berjumpa pembesar kera yang bernama Sugriwa dan Hanuman. Mereka mengikat persahabatan dalam suka dan duka. Dengan bantuan Rama, Sugriwa dapat bertahta kembali di Kiskenda setelah berhasil mengalahkan Subali yang lalim. Setelah itu, Hanuman diperintahkan untuk membantu Rama mencari Sinta. Dengan pasukan kera yang dipimpin Anggada, anak Subali, mereka pergi mencari Sinta.
Atas petunjuk Sempati, kakak Jatayu, mereka menuju ke pantai selatan. Untuk mencapai Alengka, Hanuman meloncat dari puncak gunung Mahendra. Setibanya di ibukota Alengka, Hanuman berhasil menemui Sinta dan mengabarkan bahwa Rama akan segera membebaskannya. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman melapor kepada Rama. Strategi penyerbuan pun segera disusun. Atas saran Wibisana, adik Rahwana yang membelot ke pasukan Rama, dibuatlah jembatan menuju Alengka. Setelah jembatan jadi, berhamburanlah pasukan kera menyerbu Alengka. Akhirnya, Rahwana dan pasukannya hancur. Wibisana kemudian dinobatkan menjadi raja Alengka, menggantikan kakaknya yang mati dalam peperangan.
Setelah berhasil membebaskan Sinta, pergilah Rama dan Sinta serta Laksmana dan seluruh pasukan (termasuk pasukan kera) ke Ayodya. Setibanya di ibukota negera Kosala itu, mereka disambut dengan meriah oleh Barata, Satrukna, para ibu Suri, para punggawa dan para prajurit, serta seluruh rakyat Kosala. Dengan disaksikan oleh mereka, Rama kemudian dinobatkan menjadi raja.
Sejak remaja, Rama dan Laksmana berguru kepada Wismamitra sehingga menjadi pemuda tangguh. Rama kemudian mengikuti sayembara di Matila ibukota negara Wideha. Berkat keberhasilannya menarik busur pusaka milik Prabu Janaka, ia dihadiahi putri sulungnya bernama Sinta, sedangkan Laksmana dinikahkan dengan Urmila, adik Sinta.
Setelah Dasarata tua, Rama yang direncanakan untuk menggantikannya menjadi raja, gagal setelah Kaikeyi mengingatkan janji Dasarata bahwa yang berhak atas tahta adalah Barata dan Rama harus dibuang selama 15 (lima belas) tahun. Atas dasar janji itulah dengan lapang dada Rama pergi mengembara ke hutan Dandaka, meskipun dihalangi ibunya maupun Barata sendiri. Kepergiannya itu diikuti oleh Sinta dan Laksmana.
Namun kepergian Rama membuat Dasarata sedih dan akhirnya meninggal. Untuk mengisi kekosongan singgasana, para petinggi kerajaan sepakat mengangkat Barata sebagai raja. Tapi ia menolak, karena menganggap bahwa takhta itu milik Rama, sang kakak. Untuk itu Barata disertai parajurit dan punggawanya, menjemput Rama di hutan. Saat ketemu kakaknya, Barata sambil menangis menuturkan perihal kematian Dasarata dan menyesalkan kehendak ibunya, untuk itu ia dan para punggawanya meminta agar Rama kembali ke Ayodya dan naik takhta. Tetapi Rama menolak serta tetap melaksanakan titah ayahandanya dan tidak menyalahkan sang ibu tiri, Kaikeyi, sekaligus membujuk Barata agar bersedia naik takhta. Setelah menerima sepatu dari Rama, Barata kembali ke kerajaan dan berjanji akan menjalankan pemerintahan sebagai wakil kakaknya.
Banyak cobaan yang dihadapi Rama dan Laksmana, dalam pengembaraannya di hutan. Mereka harus menghadapi para raksasa yang meresahkan masyarakat di sekitar hutan Kandaka itu. Musuh yang menjengkelkan adalah Surpanaka, raksesi yang menginginkan Rama dan Laksmana menjadi suaminya. Akibatnya, hidung dan telinga Surpanaka dibabat hingga putus oleh Laksmana. Dengan menahan sakit dan malu, Surpanaka mengadu kepada kakaknya, yaitu Rahwana yang menjadi raja raksasa di Alengka, sambil membujuk agar Rahwana merebut Sinta dari tangan Rama. Dengan bantuan Marica yang mengubah diri menjadi kijang keemasan, Sinta berhasil diculik Rahwana dan dibawa ke Alengka.
Burung Jatayu yang berusaha menghalangi, tewas oleh senjata Rahwana. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Jatayu masih sempat mengabarkan nasib Sinta kepada Rama dan Laksmana yang sedang mencarinya.Dalam mencari Sinta, Rama dan Laksamana berjumpa pembesar kera yang bernama Sugriwa dan Hanuman. Mereka mengikat persahabatan dalam suka dan duka. Dengan bantuan Rama, Sugriwa dapat bertahta kembali di Kiskenda setelah berhasil mengalahkan Subali yang lalim. Setelah itu, Hanuman diperintahkan untuk membantu Rama mencari Sinta. Dengan pasukan kera yang dipimpin Anggada, anak Subali, mereka pergi mencari Sinta.
Atas petunjuk Sempati, kakak Jatayu, mereka menuju ke pantai selatan. Untuk mencapai Alengka, Hanuman meloncat dari puncak gunung Mahendra. Setibanya di ibukota Alengka, Hanuman berhasil menemui Sinta dan mengabarkan bahwa Rama akan segera membebaskannya. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman melapor kepada Rama. Strategi penyerbuan pun segera disusun. Atas saran Wibisana, adik Rahwana yang membelot ke pasukan Rama, dibuatlah jembatan menuju Alengka. Setelah jembatan jadi, berhamburanlah pasukan kera menyerbu Alengka. Akhirnya, Rahwana dan pasukannya hancur. Wibisana kemudian dinobatkan menjadi raja Alengka, menggantikan kakaknya yang mati dalam peperangan.
Setelah berhasil membebaskan Sinta, pergilah Rama dan Sinta serta Laksmana dan seluruh pasukan (termasuk pasukan kera) ke Ayodya. Setibanya di ibukota negera Kosala itu, mereka disambut dengan meriah oleh Barata, Satrukna, para ibu Suri, para punggawa dan para prajurit, serta seluruh rakyat Kosala. Dengan disaksikan oleh mereka, Rama kemudian dinobatkan menjadi raja.
B. Mahabarata
Secara garis besar, cerita Mahabarata bercerita
mengenai kehidupan Prabu Santanu atau Sentanu (Çantanu). Dia adalah seorang
raja keturunan keluarga Kuru yang menjadi raja kerajaan Barata. Dia mempunyai permaisuri
bernama Dewi Gangga, dan berputra Bisma. Isi epos Mahabarata secara garis besar
mengisahkan kehidupan Santanu (Çantanu) seorang raja yang perkasa keturunan
keluarga Kuru dan bertakhta di kerajaan Barata. Bersama permaisurinya Dewi
Gangga, mereka dikaruniai seorang putra bernama Bisma.
Pada suatu hari Çantanu jatuh cinta pada seorang anak raja nelayan bernama
Setyawati. Namun ayahanda Setyawati hanya mau memberikan putrinya jika Çantanu
kelak mau menobatkan anaknya dari Setyawati sebagai putra mahkota pewaris
takhta dan bukannya Bisma. Karena syarat yang berat ini Çantanu terus bersedih.
Melihat hal ini, Bisma yang tahu mengapa ayahnya demikian, merelakan haknya
atas takhta di Barata diserahkan kepada putra yang kelak lahir dari Setyawati.
Bahkan Bisma berjanji tidak akan menuntut itu kapan pun dan berjanji tidak akan
menikah agar kelak tidak mendapat anak untuk mewarisi takhta Çantanu.
Perkawinan Çantanu dan Setyawati melahirkan dua orang putra masing-masing
Citranggada dan Wicitrawirya. Namun kedua putra ini meninggal dalam pertempuran
tanpa meninggalkan keturunan. Karena takut punahnya keturunan raja, Setyawati
memohon kepada Bisma agar menikah dengan dua mantan menantunya yang ditinggal
mati oleh Wicitrawirya, masing-masing Ambika dan Ambalika. Namun permintaan ini
ditolak Bisma mengingat sumpahnya untuk tidak menikah.
Akhirnya Setyawati meminta kepada Wiyasa, anaknya dari perkawinan yang
lain, untuk menikah dengan Ambika dan Ambalika. Perkawinan dengan Ambika
melahirkan Destarasta dan dengan Ambalika melahirkan Pandu.
Destarasta lalu menikah dengan Gandari dan melahirkan seratus orang anak,
sedangkan Pandu menikahi Kunti dan Madrim tapi tidak mendapat anak. Nanti
ketika Kunti dan Madrim kawin dengan dewa-dewa, Kunti melahirkan 3 orang anak
masing dengan dewa Darma lahirlah Yudistira, dengan dewa Bayu lahir Werkodara
atau Bima dan dengan dewa Indra lahirlah Arjuna. Sedangkan Madri yang menikah
dengan dewa kembar Aҫwin, lahir anak kembar bernama Nakula dan Sadewa.
Selanjutnya, keturunan-keturuan itu dibagi dua yakni keturunan Destarasta
disebut Kaum Kurawa sedangkan keturunan Pandu disebut kaum Pandawa. Sebenarnya
Destarasta berhak mewarisi takhta ayahnya, tapi karena ia buta sejak lahir,
maka takhta itu kemudian diberikan kepada Pandu. Hal ini pada kemudian hari
menjadi sumber bencana antara kaum Pandawa dan Kurawa dalam memperebutkan
takhta sampai berlarut-larut, hingga akhirnya pecah perang dahsyat yang disebut
Baratayuda yang berarti peperangan memperebutkan kerajaan Barata.
Peperangan diawali dengan aksi judi dimana kaum Pandawa kalah. Kekalahan
ini menyebabkan mereka harus mengembara di hutan belantara selama dua belas
tahun. Setelah itu, pada tahun ke-13 sesuai perjanjian dengan Kurawa, para
Pandawa harus menyembunyikan diri di tempat tertentu. Namun para Pandawa
memutuskan untuk bersembunyi di istana raja Matsyapati. Pada tahun berikutnya,
para Pandawa keluar dari persembunyian dan memperlihatkan diri di muka umum
lalu menuntut hak mereka kepada Kurawa. Namun tuntutan mereka tidak dipenuhi Kurawa
hingga terjadi perang 18 hari yang menyebabkan lenyapnya kaum Kurawa. Dengan
demikian, kaum Pandawa dengan leluasa mengambil alih kekuasaan di Barata.
2. Metode
a. Landasan Teori
Metode
yang digunakan dalam makalah ini, yaitu : metode wawancara dan metode
observasi. Metode wawancara adalah suatu bentuk komunikasi untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam wawancara pihak-pihak yang diwawancarai dan yang
mewawancarai terlibat dalam proses kontak dan pertukaran informasi.
b. Teori
Menurut
Allport,kepribadian adalah sesuatu yang terorganisasikan dan terpolakan. Kepribadian
itu sendiri bukanlah pengorganisasian yang statis, terus berubah atau tumbuh. Allport
mengungkapkan istilah “karakteristik” yang digunakan untuk menunjukkan “individualitas”
atau “keunikan”. Individu-individu yang
sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan sadar.
Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat
mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang tidak dikontrol
oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Dimana orang orang
yang neurotis terikat dan terjalin erat pada pengalaman pengalaman masa
kanak-kanak, berbeda dengan orang-orang yang sehat yang bebas dari
paksaan-paksaan masa lampau.
Allport mempelopori adanya ‘The Big Five Theory’ yang terdiri dari:
1. Extraversion
Dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. seseorang yang memiliki faktor extraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol. Extraversion dicirikan dengan hal-hal positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain. Extraversion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya Extraversion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial.
2. Agreeableness
Seseorang yang masuk dalam jenis ini adalah seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain.
3. Consciousness
Dalam hal ini seseorang mempunyai kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Di sisi negatifnya trait kepribadian ini menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic, membosankan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.
4. Neuroriticism
Dalam hal ini mendeskripsikan bahwa seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive.
5. Openness to experience
3. Analisis Tokoh
3.1 Ramayana3.1.1 Rama
Rama adalah seorang raja
legendaris yang terkenal dari India yang konon hidup pada zaman Tretayuga,
keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa.Ia berasal dari Kerajaan Kosala yang
beribukota Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara DewaWisnu
yang ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan kisah kepahlawanannya
yang terkenal dituturkan dalam sebuah sastra Hindu Kuno yang disebut Ramayana,
tersebar dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera sulung
dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada
Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Setelah dewasa, Rama
memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita.
3.1.2 Rawana
Rawana adalah tokoh utama yang bertentangan
terhadap Rama dalam Sastra Hindu, Ramayana. Dalam kisah, ia merupakan Raja
Alengka, sekaligus Rakshasa atau iblis, ribuan tahun yang lalu. Rawana
dilukiskan dalam kesenian dengan sepuluh kepala, menunjukkan bahwa ia memiliki
pengetahuan dalam Weda dan sastra. Karena punya sepuluh kepala ia diberi nama
"Dasamukha" (दशमुख, bermuka sepuluh),
"Dasagriva" (दशग्रीव, berleher sepuluh)
dan "Dasakanta" (दशकण्ठ,berkerongkongan
sepuluh). Ia juga memiliki dua puluh tangan, menunjukkan kesombongan dan kemauan
yang tak terbatas. Ia juga dikatakan sebagai ksatria besar.
3.1.3 Hanoman
Hanoman juga
termasuk ke dalam jejeran wayang dalam kisah Ramayana, meskipun dalam
perkembangannya tokoh hanoman juga masuk ke dalam kisah Mahabarata.Hanoman
merupakan tokoh putih menduduki posisi protagonis.Sifat-sifat dasar yang dimiki
tokoh hanoman patut untuk dijadikan panutan.Meskipun hanoman digambarkan
sebagai seekor kera, hanoman memiliki jiwa ksatriya.Hidupnya didedikasikan
untuk menolong.Dalam kaitannya kisah Ramayana, hanoman dengan murah hati, welas
asih, dan keberanian yang luar biasa memimpin pasukan kera untuk membebaskan
Sinta dari cengkraman Rahwana. Hanoman tidak takut akan samudra luas, lautan
api, atau hambatan apapun yang maha dahsyat. Dia hanya takut pada dirinya
sendiri.
Karakter hanoman ialah tipe ekstrovert,
dimana cenderung sifat-sifat dimiliki nya membuat dia menjadi penolong untuk
orang lain, hanoman tidak pernah takut dengan tantangan, karena ia adalah
pemberani dan memiliki dasar ekstrovert nya.
3.2 Mahabarata
3.2.1 Pandawa
3.2.1.1. Bima
Bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walau
sebenarnya berhati lembut.Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka
berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya
sendiri. Menurut Big Five Model, Bima mempunyai Agrrebleness yang tinggi lalu
Straightforwardness (A2) Individu yang
terus terang, sungguh-sungguh dalam menyatakan sesuatu, lalu Extraversion yang
tinggi termasuk didalamnya Assertiveness (E3) Individu yang cenderung tegas.
3.2.1.2. Arjuna
Dalam pewayangan jawa, arjuna menggambarkan lelaki
yang seutuhnya. Bukan dia yang mengejar wanita, tetapi wanitalah yang
menawarkan diri mereka.
Dalam Big Five Model, Arjuna mempunyai Aggrebleness
yang tinggi, terlihat bahwa Lembut hati, dapat dipercaya, suka menolong, pemaaf,
penurut adalah karakteristik seorang yang Agreebleness. Lalu Extraversion yang
cukup tinggi, orientasi pada hubungan sesama, optimis, fun-loving, affectionate
yag dimiliki oleh seorang Arjuna.
3.2.2 Kurawa
3.2.2.1 Duryudan
Tokoh
antagonis yang utama dalam wiracarita Mahabharata, musuh utama para
Pandawa.Duryodana merupakan inkarnasi dari Iblis Kali.Ia lahir dari pasangan
Dretarastra dan Gandari. Duryodana merupakan saudara yang tertua di antara
seratus Korawa.Ia menjabat sebagai raja di Kerajaan Kuru dengan pusat
pemerintahannya di Hastinapura. Duryodana digambarkan sangat licik dan kejam,
meski berwatak jujur, ia mudah terpengaruh hasutan karena tidak berpikir
panjang dan terbiasa dimanja oleh kedua orangtuanya. Sesuai dengan teori
Eysenck dapat dikatakan bahwa Duryodana memiliki tipe kepribadian Psychoticism.
3.2.2.2 Sengkuni
Sangkuni adalah tokoh antagonis dalam wiracarita
Mahabarata.Ia merupakan paman para Korawa dari pihak ibu. Sangkuni terkenal
sebagai tokoh licik yang selalu menghasut para Korawa agar memusuhi Pandawa.
Antara lain, ia berhasil merebut Kerajaan Indraprastha dari tangan para Pandawa
melalui sebuah permainan dadu. Hal ini dapat diartikan bahwa Sangkuni memiliki
tipe kepribadian Psychoticism sama seperti Duryodana.
Sumber :
Feist, J. & Feist, G. J., (2009). Theories of personality (7th ed) .
New York: McGraw-Hill
Opmerkings
Plaas 'n opmerking